Jakarta – Jangan berharap keringat bercucuran akan segera berhenti. Sebuah studi Universitas Stanford menyimpulkan gelombang panas akan semakin umum di masa depan.
"Dalam 30 tahun mendatang, kita bisa melihat peningkatan gelombang panas seperti yang sekarang terjadi di Amerika Serikat bagian timur atau jenis yang menyapu seluruh Eropa pada tahun 2003 yang menyebabkan puluhan ribu korban jiwa," kata Noah Diffenbaugh, asisten profesor ilmu sistem lingkungan bumi di Stanford, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Diffenbaugh dan mantan sejawat doktoralnya di Stanford yang sekarang di Oak Ridge National Laboratory Moetasim Ashfaq menggunakan serangkaian model komputer untuk menghitung perubahan iklim di masa depan, jika terjadi peningkatan karbon dioksida dan gas lainnya di atmosfer.
Temuan mereka dilaporkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.
Mereka menghitung bahwa suhu rata-rata dalam waktu 30 tahun bisa 3,6 derajat Fahrenheit, atau 2 celsius lebih tinggi dari pada pertengahan 1800-an.
Kenaikan telah dilaporkan oleh orang lain dan ilmuwan atmosfer memperingatkan akan menyebabkan pemanasan dan perubahan berbagai kondisi cuaca dan iklim.
Diffenbaugh dan Ashfaq fokus khusus pada gelombang panas di Amerika Serikat.
Mereka melaporkan bahwa gelombang panas terpanjang pada 1951-1999 mungkin akan terjadi sebanyak lima kali antara 2020 dan 2029 di wilayah Amerika Serikat bagian barat dan tengah.
Selain itu, mereka mengatakan pada 2030 diproyeksikan akan lebih panas. [ito]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar